Senin, 26 September 2011

F O R B I D D E N L O V E R


Based on true story of someone’s life...

Alkisah, ada seorang anak laki – laki bernama Yasuno yang bisa dibilang cukup aktif dalam kegiatn eks-skul (kegiatan diluar sekolah) seperti mengurus majalah siswa, menyusun makalah untuk lomba dengan kelompoknya, dan lain sebagainya. Suatu hari, dia melihat sosok anak perempuan yang bernama Koyuki membuatnya tertarik. Mereka berkenalanpun dengan cara yang bisa dibilang cukup aneh. Setelah sekian lama mereka berkenalan (kerennya, PDKT), Yasuno mulai ada keterkaitan cinta dengan si Koyuki itu, tetapi, disisi lain, dia juga menyukai beberapa anak perempuan yang lain.

. Entah mengapa, dia langsung memperhatikan penuh kepada Koyuki, hingga membuat Ayana (yang juga disengangi oleh Yasuno) pergi menjauh saat melihat Yasuno dan Koyuki duduk berdempetan. Ayana seperti terbakar oleh api cemburu yang buta hingga dia tidak mau berbicara dengan Yasuno untuk beberapa minggu. Yasunopun bingung dengan apa yang harus dilakukannya, tetapi, dengan banyaknya SMS dari Koyuki yang masuk membuat dia semakin gundah. Pada saat liburan kenaikan kelas, dan disaat Yasuno sedang asyiknya bermain alat musik, Yasuno lnagsung membuat keputusan yang bisa dibilang aneh.
“Aishiteru!! >.<” kata Yasuno dalam pesan itu. “Eh? Ini beneran nih??” Balas Koyuki terheran. “He-eh, kak! Kakak kepengen ma adik!” Jawab Koyuki. “Adik mau kan?” Lanjutnya. “Hemmhh.. Kalo emang kakak ga keberatan, yaudah, kita lanjutin aja.. And, aishiteru!! >.<” Jawab Koyuki sambil dalam perasaan gundah. Mereka saling bertanya tentang masalah hidup mereka masing – masing, dan pada saat itu juga, mereka mempunyai masalah dalam menjalin asmara, mereka tidak boleh melakukan hubungan oleh kedua orang tua mereka. Merekapun sadar, mereka salah, tetapi, apa daya.. Namanya juga cinta, apapun pasti akan dikorbankan. Waktu demi waktu telah berlalu, semenjak mereka sedang asyik berhubungan dalam private message di sebuah situs jejaring sosial dan sering – sering mengirim SMS. Dan tanpa terasa, mereka sudah merasakan yang namanya “the power of love.” Mereka tampak harmonis hingga mereka sudah tidak sabar ingin bertatap muka lagi. Tak terasa, hari itu adalah hari pertama mereka bersekolah di tahun ajaran yang baru. Rasa kangen mereka akhirnya terbalaskan. “Adik!” Sapa Yasuno ke Koyuki “Sssttt!! Jangan sekarang, kak! Kakak mau entar disorakin sama anak – anak kalo kita pacaran?! Nanti ja ya, kita nglakuin ini..!” Jawab Koyuki dengan perasaan canggung. “Hemm.. Iya sih, aku juga ga mau kalo harus demikian.. Yaudah, nanti aja.” Kata Yasuno sambil meredam rasa kangennya itu. “Nah, gitu donk, kak! Kak, dah siap buat ngumpulin karya ilmiah kakak belum?” Tanya Koyuki. “Emmm.. Ga tahu.. Tanya aja sama Tora atau Hiro, kakak cuma nunggu komando dari Tora.” Jawab Yasuno. Tiba – tiba dari arah yang sama, Yasuno ditepuk oleh temannya. “Weeeee... Pacar baru ya, No?” Tanya Hide, teman sekelas delapannya dulu. “No, aku pergi dulu ya! Nanti pulangnya bareng ya!” Kata Koyuki sambil menghindar dengan muka yang agak merah. “Eh iya, hati – hati!” Jawab Yasuno ke Koyuki “Oh, iya, kamu belum jawab pertanyaanku tadi, No..” Kesal Hide. “Iya, maaf maaf.. Apa kamu bilang? Pacar? Enggak ya!” Jawab Yasuno. “Tapi, kelihatannya kok mesra banget, ya? Ayolah Yasuno.. Jangan bohong!” curiga Hide. “Eh? Apaan sih? Aku lho cuma sahabatan aja! Ga lebih!” Tegas Yasuno. “Beneran? Tadi kayaknya aku denger kamu manggil dia dengan sapaan adik deh? Begitu juga dia, manggil kamu kakak gitu?” Hide terheran – heran. “Itu, ceritanya karena aku dicandain sama dia. Sewaktu aku SMSan sama dia lewat internet, dia “ngolok” aku pakai sebutan “kakak!” Aku kan juga gitu orangnya, De, jadi ya, kubalas pakai sebutan “adik”.. Jadi gitu ceritanya!” Tegas Yasuno lagi. “Oh.. Gitu ya.. Hemm.. Tapi, aku sudah tahu kalau kamu pacaran sama Koyuki, sudah terlihat dari wajahmu yang penuh dengan rasa ketutup – tutupan itu. Tenang saja, aku tidak akan membocorkan rahasiamu dengan Koyuki kok!” Canda Hide. “Hhhh..!!! Terserah kamu aja deh!” Kesal Yasuno. “Eh? Ngambek nih ye?” Canda Hide lagi. “Tau ah ngomong sama kamu! Mendingan aku cari kelasku saja!” Yasuno jadi semakin kesal dan meninggalkan Hide. “Lho? Yas? Iya deh, maafin aku ya!” Pinta Hide. “Entaran ja! Aku ngambek sama kamu!” Kesal Yasuno. “Hem.. Ya sudahlah..” Jawab Hide dengan pasrah. Sesaat Yauno pergi ke papan pengumuman, tiba – tiba dia melihat Koyuki juga ada disitu. “Lho? Yuki?” Kaget Yasuno. “Lho? Yasu?” “Ada apa kamu kesini, Ki?” “Lihat aku masuk kelas mana, Su. Kakak sendiri kenapa kesini?” “Ya sama lah, adikku! Tunggu, bukannya adik nyuruh kita jangan panggil kakak adik dulu sebelum kita sudah pulang?” “Iya sih, tapi, mumpung ga ada temen – temen kita yang lihat, jadinya ya gitu deh!” “Ahh.. Adik bisa – bisa aja ah!” Kata Yasuno sambil memegang kepala Koyuki. “Aaahh! Kakak lho!” Koyuki dengan kesakitan. “Iya deh, maaf. Sangking gemesnya kakak liat adik.” “Tapi ya jangan gitu juga, kak! Ntar kalau kelihatan sama guru – guru gimana? Bisa mati berdiri kita..” “Iya.. Kakak juga sudah tahu itu.. Kan kakak sudah minta maaf..” “Iya deh, adik maafin.. Sudah – sudah, ayo kita cari dimana kelas kita nanti!” “He-eh..” Mereka mencari nama mereka masing – masing pada papan pengumuman. “Ahh, masuk kelas biasa.. Ga apa deh! Yang penting masih dapet kelas.” Sesal Koyuki. “Hore!! Aku masuk kelas bilingual lagi!” Girang Yasuno. “Wiih.. Enak ya?!” Kata Koyuki dengan nada agak kesal dan menyindir. “Hemm...” Yasuno dengan senyum yang agak pudar. Bel tanda masuk berbunyi. Semua siswa ada yang berhamburan menuju papan pengumuman untuk melihat kelas mereka, dan ada juga sebagian siswa yang masih melanjutkan bercengkrama sambil makan di kantin sekolah. Saat di papan pengumuman, Yasuno dan Koyuki meninggalkan papan pengumuman bersama – sama. Teman – teman merekapun curiga ada apa sebenarnya diantara mereka. Saat satu persatu dari mereka telah menemukan kelas mereka, mereka bergegas menuju kelas itu. Saat mereka sudah berada di kelas mereka masing – masing, Koyuki ditanyai oleh Aoi, teman sekelasnya. “Eh, kamu pacaran ya, sama Yasuno?” “Eh? Enggak! Kita cuma temenan biasa, ga lebih!” “Jangan bohong! Kok tadi perginya sama – sama, hayo?” “Ehh! Beneran! Kita ga ada hubungan apa – apa, kecuali temenan!” “Beneran?” “Sumpah deh.!” “Ahh.. Aku masih curiga sama kamu..” “Terserah kamu ajalah.. Aku juga ga maksa kamu buat percaya sama aku, kok..” Saat mereka sudah selesai mengisi absensi dan mendengar bel tanda pulang sekolah berbunyi, mereka berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ada yang sedang menunggu temannya, dan lain sebagainya. Saat situasi dikira sudah cukup aman, Yasuno dan Koyuki berjalan keluar sekolah bersama – sama. Mereka membicarakan tentang kerahasiaan hubungan mereka kepada teman – temannya. “Eh, dik, gimana nih, kalau sampai mereka tahu, bisa bahaya kita.” “Iya,,” “Ngomong – ngomong, dah berapa orang yang tahu kalau kita berpacaran?” “Emmm... Kira – kira, 5 orangan lah..” “Hemm.. Semoga bisa bertahan sampai situ..” “Amin!!” “Emm.. Sampai depan rumah adik ya!” “Terserah kakak aja! Kalau capek, mendingan sampai depan jalan tikus aja!” “Enggak kok.. Lagian, sekarang juga lagi nganggur dirumah..” “Ya udah..” “Rumah adik emang deket sama sekolah?” “Ya deketlah, kakakku! Kalau jauh, pasti kita sudah naik angkot..” “Ahh..! Adik bisa – bisa aja deh!” Puji Yasuno sambil mengelus rambut Koyuki. “Ihh!! Kakak! Geli kak!” Setelah sampai di depan rumah Koyuki, mereka berpisah dan pulang. “Kak, emang tahu gimana jalan pulangnya?” “Tahulah! Lewat jalan yang tadi kan bisa..” “Iya ya.. Hehehehehe...” “Sudah dulu ya!” “Iya, kakakku! Hati – hati di jalan ya!” “Iya, adikku!” Hari demi hari telah terlewati, semakin lama, kemesraan mereka muali menampak. Teman – teman merekapun menjadi semakin curiga, dan akhirnya Aoi memergoki mereka sedang berjalan ke kantin bersama – sama. “Hayo! Ketahuan juga kan, akhirnya! Sudah, ayo mengaku saja!” Tegas Aoi. “Aduuhh..” Cemas Yasuno. “Gimana nih, No? Apa kita mengaku saja?” Bisik Koyuki. “Emmm...” Yasuno terdiam cemas dan kebingungan. “Mengakulah.. Sudah tidak ada yang bisa ditutup – tutupi lagi..” Kata Aoi. “Hemmmhh.. Okkay okay.. Aku ngaku deh.. Kita pacaran.. Sudah puas sekarang?” Tegas Koyuki. “Lihat, Koyuki sudah menjawabnya. Sekarang, terserah kamu mau diapain..” Kata Yasuno dengan nada sedikit ngambek dan kahwatir. “Tenang aja! Aku pandai kok dalam jaga rahasia orang! Dijamin ga akan bocor deh! Aku doain semoga kalian tetap bersama selamanya.” “Amin!” Jawab Yasuno dan Koyuki denga penuh pengharapan. Bel tanda masuk berbunyi, sementara suasana di keals Yasuno ramai gara – gara ada yang bermain catur dan kartu remi. “Lho, De?” “Yasuno?” “Wehhee!! Kita sekelas, bro!” “Iya nih. Seneng banged bisa ketemu temen lama dan sekelas lagi..” “Hihihi.. Biasa aja ah!” Yasuno melihat sekeliling kelas, ternyata, beberapa orang yang disukai oleh Yasuno saat di kelas 8, satu kelas dengan dia. Suasana kemudian kembali sepi. Wali kelas memasuki kelas Yasuno. Merekapun berkenalan dengan wali kelas mereka. Tak lama kemudian mereka menyusun struktur organisasi kelas. Yasuno sempat kaget karena dia ditunjuk oleh teman – temannya untuk menjadi ketua kelas, namun, Yasuno menolak penawaran itu. Saat mereka selesai mengisi daftar hadir, mereka bergegas meringkas – ringkas barang yang dikeluarkan dari tas mereka, dan siap – siap menunggu bel pulang. Akhirnya bel pulangpun berbunyi. Yasuno, Koyuki, dan Tora sedang dipanggil oleh guru Bahasa Indonesia terkait dengan masalah karya ilmiah mereka sudah jadi apa belum. Sesaat kemudian, mereka membubarkan diri dan langsung pulang. Yasuno dan Koyuki berjalan bersama seperti biasanya. Tetapi, saar di depan terminal, tampak ada anak yang memrgoki mereka pacaran. Koyuki dan Yasuno menjaga jarak agar tidak dianggap mereka pacaran. “Weee...” Kata salah seorang dari teman Koyuki “Ya digandenga, tangannya, Yas! Masa gitu aja ga berani sih? Kebangetan lu!” Kaa Hide yang juga memergoki mereka pacaran. “Apaan sih, de?!” Kesal Yasuno dengan wajah agak memerah. “Iya nih.. Bikin malu aja kalian!” Kesal Koyuki dengan wajah yang memerah juga. “Ahahaha! Berarti kalian sudah siap mengaku kalau kalian pacaran?” Sindir Hide. “Enggak!” Jawab mereka. “Bukannya aku sudah bilang sama kamu kalau aku dan Koyuki hanya berteman biasa saja?! Apa salahnya sih, kalau kita pulang bareng coba?” Tegas Yasuno. “Iya tuh! Lagian, emang salah ya, kalau temen deket selalu pulang bareng?” Tambah Koyuki. “Ahh.. Masa sih?! Ga percaya aku..” “Hhh!!! Awas kamu ya!!!!” Kesal Yasuno sambil ingin memukul Hide. “Sudah – sudah, No, biarin aja dia! Sabar dikit!” Kata Koyuki sambil menenangkan Yasuno. Mereka lekas berjalan lagi seperti biasanya, dan meninggalkan teman – teman mereka. Sesaat ditengah – tengah perjalanan... “Kak, tadi ngapain pakai gitu – gitu segala? Kan juga ga enak sama temen – temen kakak. Kita sudah bohongin dia, terus kakak malah kuat – kuatin aja, sampai – sampai, ingin memukul teman kakak sendiri.” “Iya maaf dik.. Tadi itu sangking keselnya dan terlalu over dalam jaga rahasia ini dik..” “Ya tapi juga ga segitunya kan?” “Iya deh, maaf.. Terus gimana nih?” “Hemmmhhh... Gatau lagi harus gimana.. Kalau udah kesebar, biarin aja deh..” “Ya sudah..” Hari demi hari berlalu semenjak mereka merajut hubungan. Gosip tentang mereka berpacaranpun makin meluas. Hampir seluruh teman – teman mereka mengetahuinya. Yasuno dan Koyukipun semakin cemas dan sungkan atas kabar itu. Tetapi, lama kelamaan, mereka sudah terbiasa dengan hal itu, Berbulan – bulan mereka telah pacaran, dan Yasuno mendapat tantangan baru dari Sang Pencipta, yaitu, dia menyukai orang lain. Yasuno sempat cemas dengan keadaan ini, dan, dia telah melakukan 1 tindakan bodoh, yaitu, dia bilang kepada Koyuki jika dia menyukai perempuan lain (tetapi dia masih cinta dengan Koyuki). Koyukipun sempat cemas dan cemburu. Dan di malam itu mereka ‘turun pangkat’ menjadi bersahabat saja. Setelah beberapa bulan berlalu, Yasuno ingin mencoba merajut kembali hubungan yang harmonis itu, tetapi, apa daya, usaha yang dilakukannya dengan penuh ikhlasnya, ditolak semenah – menah oleh Koyuki. Yasuno mencoba bicara baik – baik kepada Koyuki saat jam istirahat. “Ki, dengerin aku dulu!” “Apa, No? Udah ga ada yang perlu diomongin lagi..” “Tolong, Ki.. Aku masih sayang sama kamu! Aku ga ingin pisah dari kamu!” “Gitu ya? Lalu, mau diapain mereka?” “Aku ga peduli! Aku serahin mereka sama Sang Pemberi Rezeki! Pokoknya, aku masih sayang and cinta sama kamu, Ki! Tolong hargain aku dikit.. Maaf deh, aku sudah bodoh untuk bilang itu.. Aku khilaf, Ki..” “Gitu aja?! Ya udah, aku maafin.. Tapi, aku ga janji kita balikan lagi!” Berjuta – juta waktu dia korbankan sisa hidupnya untuk Koyuki, dengan ikhlasnya, dia rela mengorbankan sel – sel otaknya mati karena semua celotehan Koyuki yang menjerumuskan dia. Sayangnya, usaha yang dialkukan Yasuno tetap saja dianggap remeh oleh Koyuki. Hari ujian sekolahpun telah tiba, Yasuno selalu saja tidak konsentrasi terhadap soal karena bebannya yang semakin merajai otaknya. Beban yang paling berat adalah bagaimana dia membangun kembali hubungannya dengan Koyuki. Seluruh tenaga dia kerahkan demi meluluhkan hati Koyuki yang sudah keras seperti batu, dan dingin sedingin kumparan es dan salju juga udara dingin layaknya di kutub selatan. Yasuno hanya bisa berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia juga teringat dengan kata Koyuki akan balikan setelah ujian selesai. Bulan telah berganti, pengumuman kelulusan telah dekat. Yasuno danyang lainnyapun semakin deg – degan. Yasuno hanya bisa berharap agar dia lulus dengan nilai maksimal. Saat itulah guru – guru membagikan amplop yang isinya kata nilai – nilai ujian yang ditempuhnya, dan hasil lulus atau tidak. Saat amplop itu diberikan kepada Yasuno, dia sempat gemetar saat membukanya. Betapa bersyukurnya dia saat melihat kata ‘LULUS’ pada isi lembaran itu, meskipun nilainya hanya sampai pada peringkat 10 pada 10 besar teratas saja. Koyukipun juga demikian, sayangnya dia tidak masuk peringkat 10 besar, hanya dibawah Yasuno saja atau peringkat 11. Disaat mereka pulang bersama, Yasuno langsung menanyakan hal itu. “Ki, gimana? Lulus?” “Iyalah, kak! Tapi, masih bagus kakak.. Jahat!!” “Hemmm.. Kakak aja ga tahu kenapa bisa seperti ini, dik. Padahal ngerjainnya sambil kabur ini otak kakak. Oh iya, kakak harap adik ga lupa sama janjimu.” “Ah, aku pikir – pikir dulu..” “Ga ada pikir – pikir lagi! Jawab sekarang” “Sebentar ah!! Maksa banget sih??!!” “Maaf..” “Emmm...” “Apa?” “Sebentar!” Koyuki sejenak berfikir akan kesalahan yang dibuat kepada Yasuno. Koyukipun juga tagu dalam mengambil keputusan. Jika dia jawab ‘iya’, dia takut dia akan berbuat kesalahan lagi, tetapi jika dia jawab ‘tidak’ dia juga semakin bersalah, belum lagi, dia juga yang membuat janji itu. Akhirnya dia membuat 1 keputusan. “Sebentar ya, kak, beri adik waktu sampai nanti malam.” “Jadi.. Belum ada keputusan ya?” “He-eh.. Tolong ya??” “Iya deh adikku..” “Ya deh, makasih ya, kak.. Ayo kita pulang..” “Sama – sama adikku.. Barenga?” Koyuki melihat – lihat sekitar, karena dia juga takut jika harus dijemput oleh orang tuanya. “Gimana?” “Iya deh, ayo! Adik dah capek nih, kak..” “Sama, dik..” Akhirnya mereka pulang bersama dan berpisah di tempat yang sama. Pada sore hari, Koyuki keluar untuk bermain ke rumah temannya, Aoi. Dia ingin menyampaikan serta ingin mencari solusi untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya, yaitu pengaihan janji. “Aoooiiii!!!” Teriak Koyuki di depan rumah Aoi. “Iya!! Sebentar!!” Teriak Aoi di dalam rumahnya. “Eh, Koyuki ya? Masuk, Ki..” “Iya.. Permisi ya, Aoi!” “Iya.. Silahkan duduk..” “Makasih ya, Oi..” “Ah, biasa sajalah! Anggap saja ini rumah saudaramu.. Ngomong – ngomong, ada apa kamu kesini?” “Begini, aku telah membuat janji dengan Yasuno untuk balikan pas habis kelulusan ini.” “Bentar! Kamu putus sama Yasuno?” “Enggak, cuman sahabatan aja..” “Yah.. Sama aja, Koyuki!” “Diterusin ga nih?!” “Iya – iya, maaf deh.. Terus, apa yang jadi permasalahannya?” “Serba salah, I.. Aku bilang iya, entar aku takut ngulangin kesalahan yang sama, aku bilang enggak, aku juga salah.. Terus gimana, Aoi? Aku dah ga bisa ngikutin kata hatiku..” “Waduuh.. Agak susah, Ki, kalau saja, hatimu nggak lagi bingung, mungkin kau sudah buat keputusannya. Menurutku, mendingan kalian lanjutin aja hubungan kalian. Memang, resiko orang pacaran ya seperti itu, Ki.. Aku aja yang pacaran, sekarang sudah hubungan jarak jauh.. Aku terus berharap dia baik – baik aja disana..” “Emang dimana pacarmu sekarang?” “Dia di Perancis, mendapat beasiswa untuk kuliah disana..” “Wah.. Pinter juga ya, pacarmu..” “Ahh.. Tidak usah memuji, Ki..” “Ya udah, Oi, aku pamit pulang dulu. Makasih ya, sudah dengerin juga kasih solusi sama masalah yang ada di hatiku, walaupun masih agak enggak bisa lega sih..” “Iya, Ki, itulah namanya persahabatan.. Kalau masih ga bisa lega, mendingan kamu ke tempat ‘curhat’mu, dan mantepin hati kamu buat balikan lagi sama Yasuno. Kasihan dia, dia sudah berkorban untuk mendapatkan cintamu kembali..” “Iya aku tahu itu.. Ya sudah Oi, aku mau ke tempat ‘curhat’ku dulu, sebelum Maghrib menjelang. Sekali lagi, makasih ya, Oi! Aku pamit dulu!” “Iya.. Sama – sama, Koyuki.. Hati – hati di jalan!” “He-eh!” Akhirnya, Koyuki pergi ke tempat rahasianya yang juga digunakan untuk mengungkapkan isi hatinya. Sesampainya di sana, Koyukipun mulai berfikir, antara balikan dan tidak. Di satu sisi, Koyuki juga masih cinta dengan Yasuno. Tetapi, dia takut dibuat atau membuat kesal Yasuno. Dia semakin bingung. Dia termenung memikirkan hal tersebut di tempat itu. Hingga Maghrib menjelang, dia lekas pergi ke tempat itu, sambil memikirkan hal itu di tengah jalan dia pulang. Saat seperempat jalan, dia sudah membuat keputusan untuk kembali balikan dengan resiko yang siap dihadapinya. Malampun mulai nampak, Yasuno sudah siap di tempat dia akan meminta jawaban dari Koyuki. Di sebuah taman kota yang cukup sepi, Yasuno menunggu Koyuki dengan sabarnya. Tak lama setelah beberapa jam, Koyuki datang ke taman. Mereka jalan – jalan sejenak mengitari taman sebelum Yasuno meminta jawaban kepada Koyuki. Setelah beberapa saat, Yasuno memulai pertanyaannya. “Dik..?” “Apa, kakakku cayank?” “Emmm...” Yasuno ragu – ragu. “Apa sih, kak? Kok kelihatannya serius banget, sampe mau bilang aja masih ragu?” “Emmm... Enggak apa – apa kok..” “Hmmmm... Kak..” “Apa adikku cayank?” “Enggak apa – apa.” Mereka tampak ragu dalam mengucapkan kata berhubungan kembali. Namun, setelah beberapa saat, Yasuno dengan beraninya menanyakan hal itu, disaat yang sama pula, Koyuki juga menanyakan hal yang sama. “Kita balikan, yuk?” Mereka mengucap kata itu dengan bersamaan. “Lho? Adik kok...??” Yasuno terheran. “Lho? Kok bisa barengan gini, ya?” Koyuki juga heran. “Ah, intinya itu tadi yang mau kakak tanyain.” “Sama, kak..” “Jadi.. Kita balikan ya?” “Tapi adik takut kalau ada masalah selama kita berhubungan..” “Sudahlah, dalam hidup kita selalu diuji oleh Sang Pencipta, jadi, adik ga usah takut! Asalkan adik berdo’a sama berusaha, ujiannya gampang banget kok buat ditempuh!” “Iya deh kak.. Kok malah ceramah gini?” “Kan cuma jelasin, cayangku..” “Hehehe..” “Ya udah, kita balikan yuk?” “Emmmm.. Iya deh!” “Makasih ya, cayankku!” Yasuno dengan histerisnya, sambil memeluk Koyuki. “Ehhh??!! Kakak!! Lepasin ah!! Geli!!!!” “Iya, maaf..” “Iya deh..” “Emmm.. Kita jalan – jalan sebentar yuk?” “Ayo!” Akhirnya mereka sepakat untuk merajut hubungan kembali dengan tantangan yang lebih berat lagi. Saat mereka jalan – jalan di sekitar taman hingga ke tempat – tempat lainnya, Yasuno menggandeng tangan Koyuki erat – erat. Saat mereka sudah cukup lelah, mereka istirahat sejenak, dan pulang. Yasuno mengantar Koyuki sampai di depan rumah. Merekapun sampai di rumah dengan selamat dan tidak luput dari celotehan orang tua mereka yang khawatir akan kondisi anak mereka. Akhirnya, mereka berpasangan hingga menikah. By : Hideto Kyoshi Adhitama, IXB, 25

0 komentar:

Posting Komentar